20110511
Trip to Pangandaran
2-3 April lalu, Saya dan keluarga saya pergi berlibur ke Pangandaran, Kepergian yang sangat mendadak karena baru direncanakan Magrib tanggal 1 April, sementara subuh harus bangun dini hari. Saya pergi di hari yang bukan waktunya orang berlibur karena memang saat itu minggu-minggu ujian. Hari Sabtu kami berangkat pukul setengah 4 pagi dari Bandung.
Persiapan singkat, packing pun singkat. Saya dan adik saya membawa barang bawaan di dalam tas sekolah masing-masing. Sementara ayah dan ibu menggunakan tas backpacker 60 liter. Kami sengaja tidak menggunakan koper, tas backpacker kedap air akan digunakan untuk menampung baju kotor sehabis bermain di pantai. Air yang mengandung garam membuat baju menjadi bau ketika lembab. Seperti bau keringat, karena itu, membawa tas kedap air dan banyak plastik itu sangat membantu. Pastikan menggunakan plastik bekas saja, supaya tidak boros plastik. di dalam tas kedap air dan kantung plastik membuat bau apek tidak menyebar saat di hotel maupun di dalam mobil pribadi.
Trik 1 !
+bawa baju sesuai rencana, berapa kali kita akan bermain di air, atau di darat, supaya tidak memperberat koper, atau malah kekurangan baju.
+siapkan air putih di dalam mobil, sarapan pagi, juga obat anti mual, kalau-kalau mabuk darat.hahaha! Taruh benda-benda tersebut di dalam mobil.
+Jangan lupa isi penuh baterai kamera, handycam, dan ponsel. Untuk kamera yang menggunakan baterai isi ulang (bukan baterai cas) sebaiknya beli baterai untuk cadangan.
+bawa satu tas lagi yang agak besar, masukkan baju ganti satu stel, obat pribadi, headset, tissue & tissue basah, dompet, dan hal penting lain yang diisi barang-barang yang kemungkinan digunakan di dalam mobil. Jangan lupa masukkan alat sholat didalamnya :D
Sekitar setengah 5 pagi kami berhanti di pemberhentian pertama untuk Sholat Subuh. Repot memang untuk sholat di pemberhentian, sementara kami masih mengantuk. Perjalanan selama 6 jam lebih saya sampai di area Pangandaran sekitar pukul 11. Tiket masuk untuk area disana sebesar Rp7000,oo/orang. Setelah itu kami mencari hotel.
Tips2!
+cari Hotel yang dekat dengan pantai, usahakan mendapat di tingkat dua atau tiga, untuk menanggulangi hal-hal emergensi yang tidak diinginkan
+cek websitenya untuk mengetahui fasilitas yang ada di hotel sebelum keberangkatan, catat nomor telefonnya
+untuk musim liburan dan weekend jangan lupa reserfasi hotel, hotel disana pasti penuh, tak ada salahnya untuk booking lebih dulu.
+pelajari area efakuasi untuk hal yang tak diinginkan (gempa, tsunami), sekitar daerah perbukitan dan daerah kiri pantai merupakan 2 dari sekian tempat aman untuk berlindung dari tsunami.
Kenali dan pahami bencana sejak dini, berikut adalah ciri-ciri tsunami:
-Gempa yang cukup besar
-Terdengar suara geuruh dari arah laut
-tercium bau asin yang menyengat
-ombak lebih tinggi dari biasanya
-sesaat sebelum tsunami, air surut hingga beberapa meter.
Setelah mendapatkan hotel, kami menuju Green Canyon, nama aslinya daerah itu adalah 'Cukang Taneuh' , namun oleh seorang turis yang takjub karena keindahan tebing yang di penuhi lumut ini diberi sebutan Green Canyon. Sepanjang jalan dari daerah hotel sampai Green Canyon tidak tersedia tempat makan dan sholat yang memadai, sebaiknya makan siang dan sholat dilakukan dihotel. Sekitar jam 12 sampai jam 1 para pendayung perahu istirahat.
Jam 1 kami sampai di Green Canyon
Tiket masuk di Green Canyon adalah Rp75000,oo per perahu. Satu perahu hanya dapat menampung 5 orang.Jika ingin berenang, ada biaya tambahan yaitu Rp30000,oo per orang. Jika ingin berenang lebih lama, jangan masuk melewati pintu ini. tapi lewat pintu yang satu lagi. Nikmati berenang di arus yang deras, menggunakan perahu selama 4 jam !
Ada beberapa tips bermain di GreenCanyon:
Tips3!
+Jangan gunakan baju yang berbahan berat ketika kena air. Jangan sekali-sekali menggunakan rok atau celana jeans. Selain sulit bergerak, saat berenang terasa berat. Gunakan legging, hotpants berbahan kain nonteans, atau gunakan celana renang sekalian. Atasannya, kaos atau tank top saja. Menggunakan baju renang juga tak masalah.
+Anak di bawah 10 tahun sebaiknya tidak berenang. medannya berbahaya dan pelampung yang tersedia untuk ukuran dewasa.
+jangan gunakan sepatu licin, jangan menggunakan crocs, jangan menggunakan sepatu olahraga, cats, dan sebagainya. kalau tidak gunakan sandal gunung, nyeker saja. Kecuali kalau didak berniat berenang. Gunakan sepatu yang nyaman jika kena basah.
+butuh pendamping atau teman yang tidak berenang, untuk menjaga barang-barang penting. Apalagi seperti saya yang menggunakan kacamata. Mereka akan menunggu di pelabuhan kecil yang nyaman di dekat situ.
+bawa betadin, untuk jaga-jaga saja. Sekecil apapun luka, kalau mengeluarkan darah harus diberi antiseptik. Waspada tetanus
perahunya bentuknya seperti ini:
coba perhatikan warna airnya :
Warna Hijau ini didapat dari campuran air laut dan air tawar, atau disebut air payau. Warna hijau juga didapat dari ganggang di dalam air.
Lihat juga pemandangan pepohonan sepanjang sungai ini :
Disini juga masih ada biawak. Tapi kebetulan saya tidak mendapat fotonya. Sungai ini masih menjadi habitat banyak hewan. Berbagai jenis kadal dan ular juga ada, tapi tenang. Mereka menjauhi daerah pemukiman atau area yang sering dilalui manusia.
Naah ini yang di bawah foto adik saya di atas perahu.
Perjalanan yang di tempuh bolak-balik sekitar 45menit. 15 menit perjalanan menuju dareah tebing, dan area berenang.15 menit menikmati pemandangan tebing dan berenang.15 menit perjalanan pulang. Selama itu juga kita akan dimanjakan dengan pemandangan indah dari tebing-tebing yang mengeluarkan air. Air tersebut datang dari pohon-pohon yang ada di atas tebing. Sehingga tebing-tebing tersebut mengeluarkan air seperti hujan.
Setelah ini jalan akan tertutup batu karang besar. Perahu akan terhalang, perahu hanya mengantarkan sampai di situ untuk orang-orang yang ingin berenang. Kita harus melewati karang itu. Karangnya memang agak licin, karena itu, pandai-pandai mencari pijakkan. Jangan injak bagian yang tak bertekstur berlubang. Jika ingin membawa kamera ke area renang sangat sulit. Kedua tangan digunakan untuk memegang tali agar tak terbawa arus. Jadi foto-foto hanya bisa dilakukan saat mendarat di satu batu karang. sulit berenang di ditu karena melawan arus. Tapi semua rasa letih saat berenang terbayar setelah melihat tebing yang sangat indah. Banyak serangga yang ada di sana. Berbagai macam laba-laba sempat saya lihat. Serangga-serangga unik yang berdiri di atas air dengan kaki yang jenjang, serangga semacam capung bersayap hitam. Melihat warga negara asing yang memanjat tebing dan lompat dari tebing juga asik. Tapi tidak bisa dilakukan di sembarang tempat. Hanya tempat yang ditentukan pemandu. Saya takut mencoba lompat dari tebing, ayah pun tak mengizinkan. Saya mencoba yang satu lagi. Meluncur di air terjun kecil. Seluruh badan saya tertarik arus dan masuk ke air. Kelilipan dan tersedak air, saya kira arusnya kecil, ternyata itu air terjun kecil.
Setelah itu kami pulang menggunakan perahu transit menuju pelabuhan temoat mama menunggu. Ini dandanan kami setelah berenang, melawan arus. dan bersenang-senang dibawah hujan di dalam tebing.
Sesampainya di pelabuhan utama kami membilas dan berganti baju. Saya menyempatkan diri untuk membeli kaos bertuliskan Green Turtle. Begitu juga adik saya. Kami membawa sedikit baju. Menggunakan kamar mandi di sana Rp1000,oo rupiah saja jika ingin mandi atau bilas jadi Rp2000,oo.
Setelah beristirahat di hotel sejenak, kami menyempatkan bermain di pantai sore hari. Sayang, matahari tertutup awan. Tapi warna merah yang membakar langit itu benar-benar indah.
Makan malam kami di tempat pelelangan ikan, Tidak afdol jika ke pantai tapi tidak menikmati seafood. Pembelian udang minimal setengah kilo. Sementara udangnya besar-besar. Akhirnya kami membeli ikan kakap merah, dan setengah kilo udang. Sementara adik dan ibu saya kenyang, Saya dan ayah terus makan. Ayah menghabiskan ikan kakap yang dibakar, dan saya menghabiskan udang saus tiram yang masih tersisa banyak hingga benar-benar habis.
Sebelum makan saya menyempatkan diri berjalan-jalan di toko-toko sufenir. Saya membeli gantungan kunci dari kerang, dan gelang-gelang lucu. Rp5.000,oo dapat 3 buah. Semua kerajinan kerang yang ada di sana, diambil dari kerang asli dari pantai pangandaran. Dan dibuat oleh pengrajin di sana.
Pemandangan unik, ternyata kalau malam hewan-hewan dari cagar alam sering berkeliaran di daerah pemukiman warga, salah satu yang saya lihat adalah kijang. Dua kijang ini berjalan-jalan malam di pinggir pantai.
Keesokkan paginya kami menyempatkan diri berkeliling pangandaran menggunakan sepeda. Hati-hati memilih sepedah. Coba dulu sepedah yang kira-kira akan dikendarai. Harga untuk sewa sepedah Rp7000,oo persepedah per jam. Berkeliling mengunjungi pasar lelang ikan. Ibu membeli ikan asin yang cukup banyak. Sementara aku dan adik asik melihat kumang dan kepiting di sana. Di pantai banyak sekali lubang-lubang kecil. Dari situlah kepiting dan kumang berasal. Para petani kumang ini menjajakan kumang-kumang beraneka warna dan beraneka harga. Ukuran mereka pun beragam. Dari mulai sebesar kelingking hingga sekepal tangan! Saya tidak membelinya karena khawatir kumang itu tersiksa selama perjalanan menuju Bandung.
Ternyata di pantai barat banyak orang yang menjajakan arena bermain di laut yang beragam.
Snorkling dan cagar alam :Rp250.000,oo/perahu termasuk tiket masuk cagar alam.
Permainan yang memacu adrenalin seperti, Banana boat, Donut, dan permainan lain Rp75.000,oo-Rp100.000,oo per orang
Surving Rp75.000,oo untuk menyewa papan. Rp75.000,oo jika ingin menggunakan bantuan pelatih.
Saya dan adik saya memilih memainkan Donut. Kami duduk di Karet berbentuk bulat lalu ditari di kapal boat. Pendamping diperbolehkan duduk menaiki kapal untuk memotret gratis tanpa tiket. Jadi yang membayar hanya yang main saja. Ketiga dari kami diharuskan menggunakan pelampung.
Melompat-lompat di atas ombak dengan kecepatan tinggi membuat saya dan adik saya berteriak. Tapi adik saya kurang puas karena ayah saya melarang bapak nahkoda untuk dengan sengaja 'menceburkan' kami ke laut.
Akhirnya kami yang menyengajakan diri melompat ke laut yang biru dan luas. Ini pertama kalinya saya berenang di kolam renang seluas ini. Air yang jernih dan bersih membuat saya dapat melihat rombongan ikan kecil berlarian di bawah kaki saya. Tidak seperti di Ancol, airnya kotor, dan kalau kelilipan airnya terasa panas di mata. Di pangandaran, memang perih di mata airnya, tapi hanya sebentar dan tidak terasa panas. Saya menikmati menerawang ke langit yang biru. Indah rasanya.
Eits, saat saya menaiki tangga menuju pelabuhan kecil yang terbuat dari kayu, ada gurita kecil yang bermain di sana. Hahaha, tapi dia segera kabur melihat manusia. Kalau kami datang lebih pagi, kami bisa melihat nelayan datang dari melaut.
Kembali ke hotel bersiap untuk pulang rasanya sedih. Adik merengek ingin selancar tapi selain mahal, dia tak bisa menikmati belajar surving dalam waktu lama, kami harus pulang. Akhirnya untuk menghibur adik saya, ayah mengajaknya menyewa papan selancar gabus. Rp10.000,oo saja sepuasnya. Cara mainnya tidak perlu bakat tinggi. Hanya tengkurap di atasnya lalu menunggu ombak mendorong kita sampai bibir pantai. Ternyata permainan murah ini seru juga dan patut di coba. Terlebih, di sini pantainya memiliki ombak yang besar. Adik saya menikmati melompat-lompat di ombak yang besar ini.
Saking besarnya ombak, Sebuah kapan harus melewati medan yang berat untuk mencapai laut yang tenang. Saya sempat melihat sebuah perahu nelayan yang kesulitan mencapai tempat tenang. Orang-orang di pinggir pantai dan beberapa orang asing terpana melihat perahu yang melompat sangat tinggi itu. Setelah sampai di tempat aman yang arusnya kecil, kami dari pinggir pantai bertepuk tangan. Padahal mungkin bagi nelayanyang membalas penghargaankami itu ,ini sudah biasa. Tapi menurut kami yang menonton itu hal yang menegangkan.
Tepat sebelum pulang saya sempat menikmati berjalan-jalan sendiri di pasar dekat pantai dan mengobrol dengan para pedagang soal angin keras yang menerjang semalam. Ternyata hal itu sudah tak diherankan oleh orang sana, walaupun mereka mengaku khawatir, tapi mereka tak ingin pindah. Hanya di pinggir pantai mereka mendapat mata pencaharian dan uang. Saya menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh untuk keluarga kekasih saya di Bandung. Saya pilih Hiasan landak yang terbuat dari kerang yang lucu. Rp10.000,oo saja. Banyak juga saran oleh-oleh lain, seperti jam pasir, jam dinding & cermin yang dihiasi kerang dan pasir, juga kalung-kalung kerang.
Selesailah sampai disini perjalanan saya dan keluarga ke Pangandaran. Banyak hal yang saya peroleh, bahwa ciptaan Tuhan itu banyak dan indah, jangan sekali-kali kita sia-siakan apa lagi kita rusak. Biasakan hidup bersih dan jangan boros!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment