Pelajaran yang bisa diandalkan hanya, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, TIK dan Seni Rupa. Plahraga pun saya lebih sering tidak masuk, nilai hanya berasal dari surat dokter dan mengerjakan makalah saking seringnya sakit. Padahal ketika praktek nilainya tidak buruk, tapi karena sering tidak masuk nilainya jadi pas-pasan
Tapi eits, tunggu dulu, perempuan 'agak' payah seperti saya ini punya cita-cita dan harapan hidup untuk menunjang kemampuan beradaptasi di habitat yang tidak sesuai. Aku ingin menjadi Designer Interior. Sebenarnya ini adalah cita-cita hasil ribuan kali berganti 'konsep' cita-cita. Ingin jadi reporter, traveler, photographer, psikolog, manager perusahaan, pemilik butik bertema 80an, retro, babydoll, sampai memiliki toko coklat.
Saya juga ingin menjadi guru piano. Cita-cita yang ini memang belum berakhir, tapi itu cita-cita nomor sekian. Berhubung ingat dulu pernah janji sama kakek yang seorang arsitek berprestasi 'Nanti Kakek yang bikin luarnya aku dalemnya ya?' . Sungguh kata-kata seorang anak yang polos bukan?
Saya selalu ingat kata-kata kakek 'Manusia butuh rumah, tapi tidak hanya rumahnya, kalau rumah kosong jadi tidak berguna. Manusia butuh alat-alat penunjang hidup di dalam ruangan. alat-alat penunjang itu namanya interior' begitu kakekku menjelaskan. Sejenak berpikir, ternyata itu cita-cita yang indah. Mengisi ruang kosong untuk kehidupan manusia. Aku yang design semuanya, menyenangkan sekali. :D
Akhirnya sudah kuputuskan, masa depanku mengisi ruang kosong. Serius dengan cita-cita, mulailah diriku memperhatikan rumah orang. Dari rumah teman yang mewah, rumah teman yang besar tapi warna dan tata letak ruangan yang aneh, rumah kecil tapi tata ruangnya mudah dimengerti dan simple, dan banyak lagi. Aku kerap kali berkunjung menjelajahi buku-buku arsitektur, majalah rumah, dan tabloid seputar rumah milik kakek. Banyak yang kudapat, mulai dari tata letak ruang secara komposisi sampai secara fengsui.
Dari situ aku mendapat kesimpulan untuk jadi konsep masa depanku :D Juga untuk rumah impian.
- Ingin rumah terbuka di Indonesia? Are you kidding meeh?! Sebaiknya tidak di Indonesia. Kecuali kalau kita rajin, rapih, dan tidak jorok. Memiliki rumah terbuka di iklim tropis memungkinkan banyak serangga masuk, lebih lagi kalau yang masuk tikus. Sepertinya yang paling aman adalah tembok kaca, pemandangan luar dapat dilihat secara bebas tanpa serangga dan hewan yang masuk :D
- Hewan peliharaan dapat menambah indahnya rumah. Kolam ikan dengan ikan koi adalah ide yang paling baik menurutku. Warnanya yang cerah bersifat terapis. Malah katanya bermain dengan ikan itu juga berfungsi sebagai terapi.
- Tempat duduk di sudut ruangan berikut lemari buku. Sudut ruang adalah tempat paling nyaman untuk bersandar, lebih-lebih untuk membaca buku.
- Dapur di ruang belakang, gasnya kalau bisa dekat ke luar. Untuk keadaan emergensi.
- Telepon menghadap televisi. Kalau tidak penting, aku sering malas menerima telepon, lebih baik nonton saja :)
- bangunan minimalis yang ruangannya ga maksa, 2 tingkat, dengan kebun kecil untuk kolam ikan dan bercocok tanam. 1 pohon memfasilitasi 2 orang untuk bernapas setiap harinya.
- tangga yang aman, lantai 2 tidak terbuat dari kayu, supaya tidak berisik dari bawah :)
- ayunan kayu :"> ini sih alasannya pribadi, jadi ga ditulis disini :D
No comments:
Post a Comment