-by mayachan-
Guruku di SMP pernah bilang, "terkadang, yang kita inginkan bukanlah keinginan Allah, malah yang kita tidak inginkan adalah kebutuhan kita yang memang hanya Allah yang tau, apa yang baik untuk kita, apa yang buruk untuk kita."
Untuk beberapa saat menjalani hidup. aku memang sempat lupa dengan nasihat ini. Aku berlari dalam mimpi yang entah membawaku ke alam yang mana, sehingga, ketika aku harus berpikir secara "logia" aku tidak tau jalan pulang dari mimpi itu. Aku tersesat sendiri di jalan yang lurus. Aku tau mana yang baik, mana yang buruk, tapi aku malah berkutat dengan pikiran, dan keinginanku sendiri. Lama-lama aku menjadi seseorang yang egois. Egois untuk mimpi-mimpiku, sampai aku tidak tau, seberapa besarkah perasaan orang-orang yang aku sayang tersakiti karena mimpi yang tak kunjung nyata.
Semakin aku berlari mengejar mimpi itu, semakin mimpi itu menjauh. Aku berusaha untuk sesuatu yang tidak mungkin. Melihat usahaku yang sia-sia mengejar sang mimpi, mimpi itu lepas dengan bebas ke awan, tanpa bisa aku lihat lagi...
Akhirnya aku sadar, betapa sebuah kehilangan itu berarti sangat besar, walaupun itu hanya sekedar mimpi-mimpi kecil di tidurku. Ketika harapan itu hilang, tidak ada alasan yang kuat untuk membuatku bangkit. ditambah lagi ketika nenekku meninggal. Segalanya berubah. Ternyata aku teralu angkuh untuk dunia yang besar ini. Aku meminta hakku tapi aku melupakan hak orang lain. Mereka membenciku sekarang, aku tau. Semuanya berantakkan sejak awal. Dan mirisnya lagi, ini semua memang salahku...sejak banyaknya kejadian yang terjadi 2 tahun ini, aku jadi tau, mana orang-orang yang tidak bisa tersenyum seperti biasa lagi karena aku.
Masih teriang dikepalaku cara mereka tersenyum padaku, yang satunya pahit, seolah ketika menangkap tatapanku, dia sedang berada di ruang eksekusi mati. Sementara yang satunya lagi, dingin. Dingin dan khusus untukku, tatapan dingin itu tidak akan pernah jadi hangat lagi...
Lihatlah akibat dari segala keegoisan, dan sikap kekanak-kanakkanku, semuanya berantakan, kawan? Kalian tau akan memaafkanku bukan? sekalipun mulut kalian berkata begitu, tapi tidak dengan hati kalian. Lihat betapa jauhnya perbedaan antara hal yang kuinginkan, dan hal yang tak mungkin terjadi. Kedua hal itu berjalan berandengan di sebelahku dan tak dapat dpisahkan. Kalau hidup memiliki tombiol restart, atau shortcut undo, aku takkan segan menekan keduanya. Yang manapun tak masalah, yang penting semuanya happy ending.. (happy ending untuk siapa?)
No comments:
Post a Comment